Bali selalu memiliki pesona yang seolah tiada henti menggoda wisatawan, lokal maupun mancanegara. Warisan leluhur yang selalu dijaga menjadi keunikan yang ingin disaksikan. Salah satunya Tari Kecak Uluwatu yang selalu ditampilkan di pura yang berada di atas bukit kapur dengan ketinggian 97 meter dari permukaan laut
Daya Tarik Wisata Tari Kecak di Uluwatu
Uluwatu menjadi salah satu wilayah yang turut dikembangkan sebagai tempat wisata terindah di Bali. Hamparan luas Samudra Hindia menjadi pemandangan dari atas yang sangat memanjakan mata. Bahkan Pura Uluwatu menjadi tempat suci yang paling indah dan berbeda di antara pura lainnya. Ditambah lagi pertunjukan Tari Kecak di tempat pementasan.
Pentas di Pura Uluwatu Setiap Hari dan Sederet Fakta Menariknya
Tarian tradisional Pulau Dewata menjadi pelestarian budaya yang tidak pernah terputus oleh perkembangan zaman. Inilah yang membedakan Bali dengan wilayah lainnya di Indonesia. Bahkan, kapan pun berkunjung, wisatawan dapat menyaksikan Tari Kecak di Uluwatu. Inilah yang membedakan antara pertunjukan seni tari Uluwatu dengan tempat lainnya.
Tari Kecak Uluwatu memberikan pertunjukan setiap hari. Tempat yang disediakan pun istimewa layaknya sebuah panggung opera di tempat yang terbuka, tanpa atap. Pengunjung akan duduk di tempat yang telah disediakan berupa bangku semen permanen yang melingkar, dan para penari akan melakukan pertunjukannya di lingkaran terbawah.
Tari Kecak pun memiliki beberapa sederet fakta menarik, yang terkadang pengunjung pun tidak mengetahuinya. Padahal pengelola sudah memberikan selebaran yang berisikan sederet makna mengenai tari tradisional Bali ini. Namun, kadang pertunjukan jauh lebih menarik daripada memperhatikan kertas yang diberikan.
Apalagi pertunjukan Tari Kecak dilakukan pada saat senja hingga langit benar-benar gelap sempurna. Lantas, pencahayaan pun sangat minim yang membuat pengunjung pasti lebih memilih menyaksikan para penari, dan alur cerita pewayangan yang mendebarkan. Berikut ini sederet fakta menarik yang ada pada Tari Kecak di Uluwatu.
1. Asal Mula Tari Kecak Bali
Menurut ahli sejarah dan budaya, Tari Kecak pertama kali diciptakan oleh seorang seniman bernama Wayan Limbak pada tahun 1930. Itu artinya, tarian tradisional Bali ini suda ada sejak Indonesia belum merdeka dan masih dalam masa penjajahan. Diketahui pula Wayan tidak sendiri dalam membuat tari kreasi ini, tapi bersama seorang asal Jerman.
Dia bernama Walter Spies, seorang yang berpengaruh terhadap modernisasi seni di Jawa dan Bali. Konon, Wayan dan Spies menciptakan Tari Kecak Uluwatu tersebut, karena terinspirasi dari ritual tradisional, Sanghyang Dedari. Ritual tersebut untuk mengusir roh jahat yang dianggap sebagai pembawa malapetaka dan wabah penyakit bagi masyarakat Bali.
Seiring dengan berjalannya waktu hingga saat ini, Tari Kecak pun dihadirkan pada upacara adat dan hari spesial tertentu. Namun, bedanya dengan Uluwatu, tari tradisional ini bisa disaksikan setiap hari, karena minat wisatawan begitu tinggi terhadap budaya yang sudah lekat dengan Pulau Dewata.
2. Jumlah Penari Kecak Dulu dan Kini
Fakta menarik selanjutnya dari Tari Kecak ini adalah perbedaan jumlah penari dari waktu ke waktu. Diketahui dari sebuah sejarah terpercaya, tari tradisional ini pertama kali dipentaskan di Desa Bona, Gianyar. Jumlah penarinya pun sangat fantastis, sekitar 500 orang pada tahun 1979 dalam satu pertunjukan yang dipercaya mampu melawan roh jahat.
DIketahui pada tahun 2006, tepatnya tanggal 29 September, Pemerintah Kabupaten Tabanan menggelar pertunjukan Tari Kecak kolosal dengan jumlah penari mencapai 5 ribu orang dalam satu pertunjukan, yang berhasil membawanya dalam rekor penari terbanyak. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penari ini kian berkurang.
3. Pesan Moral Tari Kecak
Tari Kecak Uluwatu dan daerah lainnya sama-sama memiliki kandungan pesan moral terhadap gerakan dan juga kisah yang disajikan di dalamnya. Tari tradisional Bali yang satu ini memang selalu dihadirkan bersama dengan kisah Rama dan Shinta. Namun, setiap alurnya tersebut memiliki makna yang mendalam.
Mulai dari kepercayaan terhadap kekuatan Tuhan, yang ditunjukkan oleh kisah Rama yang berdoa meminta pertolongan kepada Dewata. Tari kecak pun diyakini untuk mendatangkan pertolongan dari Dewi yang sanggup mengusir segala macam malapetaka, berupa penyakit maupun bencana.
Adapun pesan moral yang disampaikan dalam Tari Kecak dan kisah Rama Shinta yaitu memiliki nilai seni yang tinggi, percaya akan Tuhan yang mampu memberikan pertolongan bagi siapa saja yang memohon, dan mengajarkan akan kesetian, serta tidak boleh menjadi tamak atau mengambil hak orang lain.
Menyaksikan Sunset Diiringi Tarian Kecak di Uluwatu
Romantisme berpadu nilai sakral hanya dapat terjadi di Uluwatu. Deburan Samudra Hindia akan beriringan dengan suara para penari membentuk alunan musik akapela yang indah khas Bali. Langit jingga hingga menjadi gelap sempurna menjadi waktu yang digunakan oleh para penari untuk menunjukan budaya yang juga dikenal dengan hal mistisnya ini.
Tari Kecak Uluwatu dan sunset indah menjadi atap terindah yang pernah ada. Pengunjung akan dibawa hanyut pada kelestarian budaya Bali yang selalu dijaga. Bahkan tempat pertunjukan pun menghadap ke lautan lepas dari atas bukit bukit kapur dengan ketinggian 97 meter. Tentu, menambah sensasi yang berbeda dalam menyaksikan seni tari Bali.
50 Penari Tari Kecak di Uluwatu dan Kekompakannya
Tari Kecak di Uluwatu memiliki jumlah penari setidaknya 50 orang yang memiliki peranan masing-masing. Para penari tersebut adalah laki-laki yang pada umumnya memiliki usia dewasa. Beberapa waktu tertentu penari tersebut mengalami regenerasi berdasarkan kualifikasi tertentu, hingga kebudayaan ini tidak akan pernah hilang.
Tari tradisional ini tidak menggunakan alat musik, tapi punya irama khas yang berpadu melalui suara para penari. ‘Cak! Cak! Cak! Pung! Pung! Pung!’ menjadi irama akapela yang mengiringi tari dan juga drama. Adapun yang bertugas membacakan kisah, dan berperan menjadi tokoh penting, seperti Rama, Shinta, Hanoman, dan Rahwana.
Para penari kecak memiliki kekompakan luar biasa, mulai dari pakaian yang dikenakan, gerakan, hingga menyuarakan ‘Cak! Cak! Cak!’ dengan irama yang selaras. Bahkan, mereka memiliki napas panjang untuk memberikan pertunjukan Tari Kecak Uluwatu yang istimewa. Kostum utamanya yaitu kain hitam putih khas bali yang diikat di pinggang.
Sementara, pada bagian atas, para penari Kecak akan bertelanjang dada, dan tidak menggunakan alas kaki. Bara api di tengah-tengah penari pun harus menyala, dan tersedia beberapa obor yang mengelilingi panggung pentas tari. Tidak heran kesan mistis masih sangat kental, apalagi ketika sosok Rahwana muncul.
Harga Tiket Pertunjukan Tari Kecak di Uluwatu
Pengunjung bisa memesan tiket langsung atau secara online yang jauh lebih hemat seribu Rupiah dan cepat. Pembelian langsung di loket (harga publish) untuk dewasa 150 ribu Rupiah per orang. Sementara, untuk kategori pengunjung anak dengan usia 2 hingga 9 tahun dikenakan biaya 27 ribu Rupiah.Apabila membeli tiket secara online, maka pengunjung wajib memenuhi aturan pelunasan (3 hari sebelum tanggal pentas) dan pembatalan yang dikenakan biaya 50 persen. Tertarik menyaksikan Tari Kecak Uluwatu? Pastikan pesan tiket di jasa terpercaya, dan datanglah pada pukul 17.00, karena pentas dimulai pada pukul 18.00 hingga 19.00 WITA.